Minggu, 31 Januari 2010

Pitra Yadnya

Om Swastyastyu ….
PITRA – YADNYA – Bagian VI
Oleh Bp. Mangku Sudiada

Untuk Pitra-Yadnya bagian ke VI ini, sebelum kita mulai dengan Doa doanya, mari kita lihat terlebih dahulu sarana dan prasarana yang kita harapkan ada pada saat melaksanakan titip di Pertiwi maupun titip di Geni.
A. PRASARANA YANG DIPERLUKAN.
1. Tempat Memandikan Jenazah ( pepaga / dipan / bangku / meja).
2. Kain putih
- Untuk leluhur Ulap-ulap : 1 m
- Untuk Udeng : 1 m
- Untuk angkep rai : 30 cm2
- Untuk angkep baga : 30 cm2
- Kain kamben pria : 2 m2 saput : 1,5 m2.
- Kain kamben wanita : 2 m2 dan tapih 1,5 m2.
Perempuan selendang.
- Untuk sabuk kain : 10 cm X 1,5 (pria maupun wanita )
- Untuk sabuk saput : sama dengan yang diatas.
- Untuk penggulung Jenazah : 3,5 X 1,25
- Untuk Rantasan : 3 m ( putih kuning )
- Untuk dalam peti : 7 m
- Untuk tali pengikat : 3 m
- Untuk kain rurub : secukupnya.
3. Carang dapdap untuk tiang leluhur.
4. Tikar untuk alas memandikan
5. Ember & gayung untuk nyiraman
6. Peti mati & kereta Jenazah
7. Bantal kecil.
8. Pisau untuk mengerik kuku.
9. Lubang bila dikubur.
B. SARANA YANG DIPERGUNAKAN.
1. Untuk pebersihan
- Sisig dari beras yang dibakar
- Ambuh dari santan kelapa.
- Minyak rambut dan sisir
- Kekosok dan boreh dari beras kuning
- Gadung, bunga tunjung, kapas, daun intaran, bunga menur, sikapa, waja, pecahan cermin, daun tuwung, bunga-bunga, kwanngen, pemblonyoh putih kuning.
- Telor.
2. Air: Air biasa, & air kembang.
3. Sabun mandi dan handuk
4. Kapas untuk mayat yang luka luka dan perban
5. Benang itik itik (tali)
6. Momon cincin (permata).
C. BEBANTEN UNTUK UPACARA.
1. Upacara memandikan.
- Ke-Surya : Pejatian Daksina, Pras, Ajuman, Ketipat kelanan, canang sari & segehan.
- Ke – Kawitan : Pejatian.
- di Labuh / lebuh : Segehan.
- Banten Nunas tirta ke Pura-pura : Pejatian.
- Saji Tarpana : Punjung, Bubur pirata, Canang,
Setelah selesai mandi kain rantasan, cecepan / tempat air & segehan di teben sawa.
- Kwangen : pengrekaan 7 buah.
- Sekar ura : Beras kuning, samam dari daun pandan/temen pudak uang.
- Banten arepan : Peras daksina canang segehan.
- Tirta Pebersihan, penglukatan, Pengringkes.
- Banten Prastita, daksina, sasat, canang untuk peti.
2. Bebanten untuk di kubur.
- Ke Prajapati : Pejatian, pras, daksina,ajuman, tipat kelanan, canang, segehan
- Ke Pura Dalem : Pejatian
- Ke Pertiwi : Pras daksina segehan canang.
- Bangbang : Pras daksina segehan.
- Arepan : Pras Daksina, ajuman, segehan.
3. Untuk di Perabukan/Mekingsan di Geni.
- Ke Prajapati : Pejatian.
- Ke Surya : Pejatian
- Ke Dalem : Pejatian
- Ke pemuhun : Daksina, canang sari, segehan
- Tarpana : Daksina, bubur pirata, beras catur warna, segehan nasi angkep
- Kain putih
: ulap ulap – 1 m
: Pengerekaan
: Rantasan putih kuning
: kain putih kuning di Surya
: Pembungkus pengadeg Pitare
- Arepan : Pras daksina, canang segehan.
Setelah selesai megeseng :
- Banten penyub : Pras daksina, segehan, canang yeh anyar, air kembang.
4. Ngirim Nganyut.
- Ke Surya : Pejatian
- Arepan : Pras, daksina canang sari, segehan.
- Tarpana : Daksina, oda putih kuning, bubur pirata, canang sari, segehan
- Kwangen : 22 bua untuk pengrekaan.
- Untuk disegara : Pras daksina, canang segehan.
5. Banten Pebesihan
- Untuk Warga Perayascita ( ditempat )
- Untuk kedukaan dirumah Perayascita, caru ayam brumbun, dan reruntutannya setelah tiga hari.

Om Shanti Shanti Shanti ….

Pitra Yadnya

Om Swastyastyu ….

PITRA – YADNYA – Bagian V
Untuk Pitra-Yadnya bagian ke V ini Kita akan membahas masalah titip di Geni muang titip di Pertiwi, dengan bagian bagiannya adalah sebagai berikut :
a. Berangkat dari Rumah duka / Tempat duka / Rumah sakit kamar Jenazah.
b. Upacara keagamaan / Militer
c. Titip di Pertiwi
d. Titip di Geni.
e. Ngunya.
a) Jenazah berangkat dari rumah duka.
Jenazah diberangkatkan dari rumah duka menuju Kuburan / Setra, peti diusung dengan bagian kaki didepan dan kepala di belakang dengan berjalan secara pelan pelan, bagi Militer didahului denga militer,
Bila memakai Mobil Jenazah kepala ditaruh didepan, dan bagian kaki kearah belakang kendaraan.
Urut-urutan perjalanan.
- Paling depan Pengawal Jenazah ( for Rider )
- Kereta Jenazah / Mobil Jenazah.
- Rombongan para pengantar.
Didalam perjalanan sekar uranya ditaburkan sepanjang jalan sampai ke kuburan, sebagai perlambang permohonan ijin dalam perjalanan dari rumah duka menuju Kuburan.
Setelah sampai di kuburan peti Jenazahnya itu diputar putar tiga kali putarannya ( lihat posting sebelumnya ) mengelilingi lubang kuburan, kalau memang mau titip / mekingsan di pertiwi,
atau mengitari gegumuk kremasi kalau tempatnya memungkinkan untuk memutarinya, kalau tidak diputar putar saja selama tiga kali didepan alat krematori.
b) Upacara Agama / Militer.
Bila yang meninggal itu adalah militer atau keluarga militer, maka untuk acara ini biasanya didahulukan sehingga Mereka yang militer tidak terlalu lama untuk menunggu acara keagamaanya.
Rochaniawan, menghaturkan pesaksi ke Surya, Prajapati dan Pertiwi, Ke Pitare dan selanjutnya para saudara dan pengantar, berdoa bersama sama yang dipimpin oleh rochaniawan
c) Titip di Pertiwi.
Setelah upacara militer selesi dalam rangka pelepasan untuk terakhir kalinya, maka diteruskan kemudian dengan cara keagamaan, yang diawali dengan pencucian Bangbang terlebih dahulu, diteruskan dengan penurunan Peti Jenazah/ mayat, dengan catatan kepala menghadap Keadya ( kaja) dalam artian ke arah gunung, dan kehulu kearah matahari terbit ( kangin ), setelah itu baru kemudian di timbun oleh para Perti sentana / keluarga kamudian diteruskan dengan keluarga terdekat, diteruskan oleh orang orang yang paling dekat selama hidup almarhum, selanjutnya oleh para petugas.
Rochaniawan, menghaturkan pesaksi ke Surya, Prajapati dan Pertiwi, Ke Pitare dan selanjutnya para saudara dan pengantar, berdoa bersama sama yang dipinpin oleh rochaniawan dan penguburan pun selesai.
Selanjutnya Warga meperayastita sebagai penyucian diri.
d) Mekingsan / titip diGeni.
Pelaksanaannya sama dengan penguburan mayat, hanya bedanya memprabukan ke Krematorium atau prabuan tradisional, Sama mayat diputar putar sebanyak tiga kali sama dengan diatas, setelah itu ditaruh pada sebuah tempat yang telah disediakan,
Bila militer didahului dengan upacara militer, kemudaian dilanjutkan dengan upacara keagamaan.
Pelaksanaan bila mekingsan di Geni, sama dengan dikubur hanya bedanya Jenazah dibakar. Setelah selesai melaksanaan perabuan, abu tulangnya disiram dengan air bersih, air kembang atau lajimnya dibali disebut air Kumkuman.
Setelah itu sebagian abunya dimasukan kedalam Klungah Nyuh gading.Sebagian di reka diatas kain putih kira kira satu meter, dan juga leluhur satu meter.
Ngereka yaitu menyusunan kembali tulang-tulangnya yang sudah menjadi abu, dibentuk seperti manusia kembali, kalau masih bisa, untuk dikepala, dikasi abu tempurung kepala, bagian tangan diberikan abutulang tangan demikian pula bagaian bagian anggota tubuh lainnya.
Ngereka yaitu menyusun kembali bentuk manusia yang diisi, diuripkan dengan Kwangen sebagai pengurip urip sebanyak 22 buah yang ditempatkan sebagai berkut.
- 9 buah kwangen dibagian kepala, membentuk daun padama ke semua arah penjuru.
- 7 buah Kwangen didada menghadap ke atas.
- 6 buah diletakkan samping kiri dan kanan.
Selanjutnya Rochaniawan memuja ke Prajapati Surya.
Dilanjutkan sesaju Terpana ke Pitara, dilanjutkan sembaha para sentana, diperciki tirta sesuai dengan urut urutan tirta ( lihat posting sebelumnya) kemudian abu tulang dibungkus dengan kain putih tersebut, diatasnya ditaruh kelapa gading yang diisi abu lalu diusung diputar kembali sebanyak tiga kali mengelilingi tempat upacara, selanjutnya menuju segara/ laut untuk dihanyutkan.
Sesampai di laut rochaniawan menghaturkan pesaksi ke Sang Hyang Baruna lalu diteruskan dengn penghanyutan terakhir. Maka Upacarapun selesai.
e) Ngunya Mendoakan Pitara / almarhum.
Umat mengadakan mepreyastita diadakan di rumah duka sebaiknya diadakan sebanyak tiga kali oleh warga ( lihat sikompyang ) situasi, kondisi dan jangkauan.
( lihat nanti Doa doa Ngunya Pitra Yadnya ke VI ) Doa pengantar bagi sang meninggal.
Setelah itu dilaksanakan, yang terakhirnya dilakukan dengan pencaruan memakai ayam Brumbun. ( eka sata)

Ainggih antuk Kumpulan doa doa bisa diikuti pada : Pitra-Yadnya ke VI.

Om Shanti Shanti Shanti ….

Sedikit Tentang Panca Aksara

Om Swastyastu ….

Lima Aksara "Na Ma Si Wa Ya", atau... tertulis dalam buku Thirumandiram "Na Ma Shi Vaa Ya", itu tahun 3000 SM, penyembahan kepada Shiwa, oleh seorang Rsi kuno Thirumoolar (nama lain Rsi Sundaranatha). Beliau adalah seorang Shida dari tradisi Kriya Yoga... Lima aksara ini ada sebelum Rsi ini ada. Sepertinya Rsi Agastya yang menyebarkannya ke Nusantara ini.

Jika kita memanisfestasikan sesuatu missal leak dalam diri kita sembari mengucapkan mantra primodial ini... maka kita akan menjadi leak, seperti niat awal. Mantra ini adalah roket pendorong... arah atau kemana perginya roket, kita-lah pilotnya.

Om Shanti Shanti Shanti Om ….

Sumber: Wayan Suasthana